Ekonomi Dan Motifnya

Jakarta, zaman ini sudah penuh dengan hal-hal yang sangat tidak dibayangkan, terutama adalah aksi premanisme yang sering terjadi akhir-akhir ini. Preman dan aksi permanisme merupakan momok yang sangat meresahkan warga di berbagai kota di Indonesia, terlebih lagi di kota Jakarta. 

Dengan jumlah penduduk yang hampir mencapai dua belas juta orang setiap hari, Jakarta seakan menjadi  kota yang sarat dengan kegiatan ekonomi dan juga kegiatan kejahatan disegala sisi. Mulai dari aksi pemalakan tersendiri, gabungan maupun sampai terorganisir hingga kepada kejahatan korupsi yang berdiri sendiri maupun yang berkelompok dan sangat masif.

Pemberitaan media massa tercatat hampir setiap hari terjadi ataupun yang terungkap mengenai kejahatan dijalanan maupun kasus suap dari berbagai kalangan, utamanya pejabat yang memiliki wewenang dan kekuasaan yang besar. 

Hampir dipastikan, kehidupan kota Jakarta menuntut kecepatan dan kegesitan warganya untuk beraktifitas mencari nafkah, dari mulai matahari belum terbit sampai matahari tenggelam. Tak jarang, rumah hanya menjadi tempat istirahat dari segala rutinitas  tersebut. Masyarakat menjadikan rumah sebagai tempat persinggahan sementara didalam aktifitasnya. 

Gaya hidup yang serba terburu-buru seakan menjadi ciri khas tersendiri buat masyarakat kota besar  ini. Di luar rumah, menjalankan segala aktfitas keseharian merupakan hal yang biasa terjadi.

Ekonomi dan motifnya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari menjadi suatu tujuan yang tidak mengenal ujung, semua seakan berjalan melingkar dan cenderung tiada akhir. Berbagai motif yang kemudian dilakukan dan dijalankan seakan tidak sesuai dengan apa yang digambarkan. Keseharian seakan mengambang, tak mengenal titik dan juga pencapaian. Semua dijalankan berlandaskan ekonomi, demi berlangsungnya kehidupan itu sendiri.

Ketidakteraturan menjadi rutinitas dan berkembang menjadi kebiasaan yang membelenggu. Seakan tiada lagi yang dapat dilakukan selain mengarah kepada motif ekonomi buat seluruh masyarakat kota Jakarta. Tindakan yang dilakukan selalu terjadi pengulangan dan selamanya tidak berubah. Munculnya kemiskinan dan ketidak berdayaan akibat tekanan hidup, seakan membuat pembenaran akan aktifitas rutin yang dijalankan, demi motif ekonomi.

-pHg-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masa Depan Milenial Abad 21 Prediksi

Jakarta Tanpa Korupsi - Mimpi Baru Yang Banyak Musuhnya

Pemimpin Perusahaan